Hari ini di awali
dengan senyuman ceria, mentari yang menyapu lebih awal dan memberikan semangat,
sku langkahkan menuju tempat dimana mendapat pengetahuan. Aku bersama sahabatku
menyanyikan lagu semangat di sepanjang jalan.
Sampai di sekolah Kami melihat
pemandangan yang tidak pernah Kami lihat sebelumnya. Wajah yang mencerminkan
kekedalan hati Kami, Kami pun menghampirinya.
“kok
wajahnya kusut begitu,La. Ada apa?”. Tanya Dian.
“Aku
lagi bingung, Di”. Jawab Lala.
“Bingung
kenapa?, cerita dong!”, sambung Asri.
Belum sempat Kami melanjutkan percakapan
Kami itu. Bel berbunyi dan Kami harus berhenti bertanya-tanya.
Kami melihat teman Kami itu semakin
memprihatinkan, tidak lama kemudian Aku tahu apa yang di alami teman Kami ini.
Berbagai cara telah Kami lakukan untuk membantunya, tapi tidak dapat mengurangi
masalah yang di hadapi teman Kami ini.
“Teman-teman Kalian harus bantu Aku,
ya!”. Ucap Lala.
“Aku ingin saja membantu Kamu, tapi
bagaimana caranya”. Tanya Roy.
“Banyak hal telah Kami lakukan,
tetapi tetap saja Dia tidak berubah”, kata Dian.
“Aku sudah tidak kuat dengan
kelakuan Dia”, ucap Lala dengan kesal.
“Biasanya kamu Asri, yang puny
ide!”. Kata Roy.
“Ide sih! Banyak, tapi apa
kira-kira?”. Ungkap Asri.
“Sudahlah Kita pulang, nanti kita
pikirkan giman caranya supaya si Tika itu sadar atas kelakuannya”, ucap Dian.
Ternyata
Lala sakit,
Awalnya kami kira teman kami ini
sakit biasa, tapi ada yang aneh satu bulan Lala tidak masuk sekolah, kami
sebagai sahabatny tidak bisa diam. Kami mencari tahu ternyata Tikalah
penyebabnya. Kami tidak habis pikir dengan jalan pikirannya Tika itu, dia itu bagaikan lupa pada kulitnya. Tidak
tahu terima kasih.
Persahabatan yang kami jalani selama
ini, mungkin tak menyentuh sama sekali. Tika lebih memilih menjauh dari kami
dari pada harus mengubah sikapnya. Dan kini Lala berbaring lemah di rumah
sakit.