Rasulullah bersabda, “Fatimah bagian
dariku. Barang siapa menggembirakan hatinya, maka ia telah menggembirakan
hatiku. Dan barang siapa menyusahkan hatinya, maka berarti ia telah menyusahkan
hatiku.”
Wanita itu sangat mulia bagaikan intan berlian, apabila ia diatur atau disusun dengan baik maka akan kelihatan indah. Namun bila ia tidak tersusun dengan baik maka kelihatan jelek. Dalam hal ini Allah SWT meninggikan derajat seorang wanita dengan jalan seorang wanita supaya dapat menjaga dirinya benar-benar karena wanita itu adalah aurat (mulai ujung rambut mulai ujung kaki).
Di era modern ini banyak dari kaum wanita yang melecehkan dirinya sendiri. Ia tidak tahu bagaimana menjaga dirinya agar terlihat anggun dan tidak diganggu oleh para lelaki yang tidak bermoral. Kita telah salah dalam menempuh jalan dengan mengikuti budaya barat. Padahal panutan kita adalah Rasulullah SAW dan Sayyidatina Fatimah Azzahra.
Sekarang para wanita banyak memakai pakaian yang ketat-ketat, celana levis , jeans, baju-baju tipis dengan lengan yang pendek dan tidak memakai jilbab dan hijab. Dengan pakaian seperti ini kita akan tampak lebih jelek.
Ketika para sahabat ditanya oleh Rasulullah SAW, “Apakah yang terbaik bagi wanita?” Mereka tidak ada yang bisa menjawab, akhirnya Sayyidatina Fatimah menjawab, "Sebaik-baik wanita adalah tidak melihat laki-laki dan tidak dilihat oleh laki-laki."
Masalah aurat ini juga disebut dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Ahzab 59 dan An Nur ayat 31. Artinya : Hai Nabi katakanlah kepada istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Yang di maksud jilbab disini adalah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.
Dan di dalam surat yang kedua artinya : katakanlah kepada orang beriman : hendaklah mereka menahan perhiasannya kecuali (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya.
Semua ini adalah kalamnya Allah SWT. Apakah kita tidak akan percaya dengan kalamnya Allah SWT? Bisa-bisa kita dibilang murtad kalau sampai tidak mempercayai kalam-Nya atau firman-Nya.
Setelah turun ayat hijab ini seluruh wanita madinah langsung memakai hijab sampai-sampai tidak tahu mereka itu berjalan ke depan atau ke belakang. Salah seorang sahabat juga pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “ Bagaimanakah apabila saya melihat seorang wanita ya Rasulullah ?” maka Rasulullah menjawab, “Palingkan mukamu!” Nah dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa palingkan mukamu berarti itu haram untuk dilihat. Kalau sudah haram untuk dilihat berarti itu adalah aurat, kalau sudah aurat maka wajib untuk ditutup.
Kata siapa wanita zaman dahulu tidak memakai hijab ? Justru wanita zaman dahululah yang benar-benar menjaga dirinya, sampai-sampai mereka mendapatkan maqam yang tinggi di sisih Allah SWT sebagai Waliyah-Waliyah Allah SWT. Bila kita mengetahui cerita wanita-wanita shalihah zaman dulu kita akan menangis karena pribadi dan sifat mereka yang sangat mulia serta hati mereka yang sangat bersih. Kita sekarang ini tidak ada apa-apanya dengan mereka. Generasi barulah yang telah rusak karena tertipu dengan rekayasa orang yahudi, kita termakan dengan budaya-budaya barat. Rasulullah mengatakan dalam Haditsnya :
Artinya : barang siapa yang mengikuti suatu kaum maka dibangkitkan bersama mereka.
Apabila kita mengikuti artis-artis maka takutnya kita akan dibangkitkan bersama mereka yang sudah pasti jauh dari Rasulullah SAW, padahal kita sangat membutuhkan beliau kelak untuk mendapatkan syafa’atnya.
Dan dikatakan bahwa perempuan yang menyerupai laki-laki maka diharamkan oleh Allah untuk masuk surga.
Ada 4 wanita yang menjadi calon neraka yaitu :
1.
Wanita
yang berkata keras atau kasar terhadap suaminya.
2.
Wanita
yang menuntut kepada suaminya, yang suaminya tidak mampu untuk memenuhinya.
3.
Wanita
yang tidak menutup dirinya dari laki-laki asing (bukan muhrimnya)
4.
Wanita
yang tidak ada semangat untuk ibadah, yang ia pikirkan hanya makan, minum,
tidur.
Ini semua perlu kita perhatikan
betul-betul, apabila kita salah dalam mengambil langkah maka kita akan hancur,
sebaliknya apabila kita hati-hati maka kita akan selamat.
Mulai sekarang mari kita rubah diri kita. Tinggalkan pakaian-pakaian yang tidak selayaknya dipakai bagi wanita muslimah. Keturunan siapakah kita ini? Apakah kita tidak malu mengaku umat Rasulullah namun tingkah laku kita, pribadi kita, pakaian kita tidak mengikuti beliau SAW? Siapa lagi kalau bukan kita yang meneruskannya?
Bagi ibu-ibu yang anaknya ingin memakai cadar atau hijab hendaknya didukung, jangan sampai ibu melarang mereka, kalau Ibu masih belum sanggup untuk memakainya, maka anak Ibu yang menggantikannya dan yang meneruskan jejak Fatimah Tuz Zahrah. Bila anak Ibu tidak ridha karena tidak diperbolehkan untuk memakai hijab maka di akhirat nanti Ibu akan dituntut.
Apabila saudara-saudara, para remaja yang ingin memakai hijab jangan takut, jangan gentar dan jangan ragu. Biar semua orang menghina kita, mengejek kita, kita dibilang ketinggalan zaman, biarkan... Kita menggunakan hijab ini semata-mata menjalankan perintah-Nya, menegakkan agama Allah dan meneruskan jejak Sayyidatina Fatimatuz Zahrah, karena siapa yang mengikuti Sayyidatina Fatimatuz Zahrah maka kelak ia berada pada barisannya. Memang memegang kebenaran sangat sulit bagaikan memegang bara api.
Yang utama bagi seorang wanita adalah auratnya. Jika kita dapat menutup aurat kita dengan sempurna dan menjaga diri kita dari laki-laki asing maka tingkah laku kita, pribadi dan sifat kita insya Allah akan menjadi baik dan hati kita menjadi bersih. Apabila sebaliknya maka kita akan selalu menuruti hawa nafsu kita dalam melakukan kemaksiatan.
Yang sedikit ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua dan dapat membuka dan menggugah hati bagi yang masih belum sempurna dalam menutup auratnya. Dan mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya kepada kita, sehingga kita dapat merubah diri kita menjadi wanita muslimah sejati.
Amien ya Robbal alamin.